Ketika Jiwa Bertanya
Melukis tak lagi memberi warna, membaca buku tak lagi memberi makna. Nada-nada gitar mengalun hambar, dan film-film berlalu seperti angin samar. Semua hobi tak lagi terasa menyenangkan Makanan yang dulu menghangatkan hati, kini hanya sekadar mengisi perut yang sunyi. Bermain game pun terasa hambar, seperti menang tanpa kemenangan, kalah tanpa kehilangan. Saat di rumah, rindu angin luar, saat melangkah keluar, hati ingin pulang. Di antara dinding dan jalanan, tiada tempat yang sungguh menjadi rumah. Mata terbuka, hati bergetar, kecemasan menggantung di udara. Mata terpejam, mimpi tak datang, malam hanyalah hampa yang semakin pekat. Aku berlari di pagi buta, mengejar sesuatu yang tak kutemukan. Musik menggelegar di telinga, tapi hati tetap sunyi. Kulempar tubuh ini ke bawah mentari, kubiarkan cahayanya membakar kulit, namun dingin tetap bersarang di dalam diri. Makanan banyak, vitamin melimpah, tapi tubuh tetap terasa kosong. Seperti cangkir yang bocor, apa pun yang masuk, tetap tak cuku...