Warna-warni Manusia.

Kita hanyalah manusia yang terluka, terbiasa tuk pura-pura tertawa. Namun, bolehkah sekali saja ku menangis? Ku tak ingin lagi membohongi diri.

Ya, itu adalah sepenggal lirik lagu Runtuh dari Feby Putri.

Ketika Saya pertama kali mendengar lagu itu, Saya teringat pada beberapa hal yang sudah lama Saya pendam selama ini. Rasanya seperti sesuatu yang mengganjal dihati namun sulit untuk diungkapkan. 

Jujur, Saya sendiri tidak pandai mengekspresikan perasaan secara langsung. Saya menulis di blog ini untuk mencurahkan apa yang Saya alami & Saya rasakan.

Sincere.

Hari ini hari minggu, dimana tidak ada jadwal kuliah ataupun kesibukan. Hanya tertinggal beberapa pakaian kotor yang belum Saya cuci dikeranjang baju. 

Kala itu Saya berniat untuk makan setelah itu mengosongkan keranjang baju tersebut, namun tidak sampai beberapa menit Saya mendapat telpon dari teman Saya. 

Dia sedang sakit. 

Tanpa berpikir panjang, Saya bergegas lari membelikan makanan, obat-obatan, juga vitamin. Saya mengantarkan semua itu ke tempat ia tinggal. Saya tidak peduli dengan perut Saya yang keroncongan ataupun baju kotor yang menumpuk. 

Hal yang sama terjadi dengan salah satu teman yang Saya sayangi. Ia selalu menjadi moodbooster bagi orang-orang disekitar dia, dan selalu menunjukkan bahwa dia tidak memiliki masalah. 

Dibalik keceriaan itu, menutupi penderitaannya karena suatu hal.

Malam itu, dia berpesan kepada Saya.

"Yun, tolongin bangunin besok pagi yaa. Hehe."

Saya tau, Saya tidak bisa bangun pagi walaupun alarm Saya berdering belasan kali. Karena itu, Saya memilih untuk tidak tidur sepanjang malam. 

Tepat pada jam 6 pagi, Saya menyusul ke kos dia untuk membangunkannya.

Jika ditanya mengapa, Saya juga tidak tau. Tidak ada alasan spesifik.

Saya hanya tidak ingin orang yang Saya sayangi merasakan sakit atau sedih, tanpa peduli apakah memiliki darah daging yang sama atau tidak.

Mungkin beberapa orang menganggap ini aneh. Namun menurut Saya, sekecil apapun kebaikan yang kita bagi, akan sangat berarti untuk mereka.

Kecewa.


Saya memiliki seorang teman dari kampus yang sama. Dulu kami sering menukar cerita, dan karena itu Saya mencoba untuk terbuka kepadanya.

Beberapa hari kemudian, Saya bertemu dengan teman lain. Saya menyapanya, namun seakan tak acuh, dan ia hanya berjalan dengan pandangan lurus ke depan. 

Saya mencari tau apa yang terjadi, dan dengan terkejutnya. Saya mengetahui bahwa teman yang Saya percayakan dan sering bertukar cerita dengan Saya, sering mengejek & menjadikan Saya bahan candaan dibelakang Saya.

Marah? Tidak. Hanya kecewa.

Bayangkan, untuk seukuran 'Orang kepercayaan' mampu memprovokasi orang lain untuk berpikiran negatif dibelakang kita.

Mempercayaimu adalah keputusanku, membuktikan Aku salah adalah keputusanmu.

Salah Paham.


Saya tidak ingin berpihak pada siapa-siapa. Saya yakin bahwa tiap orang pasti melakukan kesalahan yang bahkan tidak ia sadari, dan kita bukan seorang "Dewa" yang pantas untuk menghakimi.

Yah, tidak bisa dipungkiri bahwa gosip merupakan hal yang dapat memperkuat ikatan orang-orang, dan beberapa mengakui bahwa gosip adalah hal lumrah karena dibicarakan berdasarkan fakta yang ada.

To be honest, Saya sendiri tidak begitu tertarik dengan hal-hal seperti itu. Jika Saya merasa sudah "keluar batas", Saya tidak ragu untuk menegurnya. 

Salah satunya pada teman yang Saya "Percayakan" itu.

Cukup bodoh untuk orang yang langsung menelan mentah-mentah suatu perkataan tanpa mencari tau fakta sebenarnya.

Bukankah didunia ini manusia berwarna-warni, yang memiliki berbagai tipe kepribadian yang kompleks?

Status.


"Dia pake iphone, pasti orang kaya."

"Ortunya petinggi. Pasti anaknya jadi orang sukses."

"Dia kerjanya di xxxx. Masa depannya pasti gajelas,"

"Nyesel pernah deket sama dia. Ga bakal berguna."

Itu adalah beberapa kata yang sering kali Saya dengar dari orang-orang.

Kita hidup di Zaman dimana status sangat diagungkan, dan besarnya status juga sebagai pengukuran level respect yang bisa mereka berikan.



Untukmu, yang sedang membaca ini. Tidak semua orang sempurna, dan harus mengikuti ekspektasi yang kamu tetapkan. Tiap orang memiliki karakter dan keunikan masing-masing. Dari pada menghakimi dan membuat nama mereka tercoreng dimata publik, kenapa tidak mulai pendekatan kepada orang itu dan mencari tau fakta sebenarnya? Tidak hanya menyelamatkan wajah mereka, tapi kita juga bisa menjadikan orang itu satu langkah lebih baik dari sebelumnya.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fun Fact Otak Kiri & Otak Kanan, Kamu yang Mana?

Ketika Jiwa Bertanya